Skip to content

Penyuluh Agama dan Nilai-Nilai Kemerdekaan; Dari Mimbar Dakwah Menuju Indonesia Maju

By: Lailatul Rosyidah, S.Ag. MA.

Kemerdekaan bukanlah garis akhir, melainkan gerbang awal untuk membangun peradaban bangsa. Indonesia yang merdeka memerlukan generasi yang tidak hanya bebas secara politik, tetapi juga merdeka secara moral, spiritual, dan intelektual. Dalam proses ini, Penyuluh Agama hadir sebagai ujung tombak, mengawal cita-cita kemerdekaan melalui jalan dakwah, bimbingan moral, dan pemberdayaan umat. Dari mimbar dakwah yang sederhana di pelosok desa hingga panggung nasional, mereka membawa misi besar membentuk masyarakat yang beriman, berilmu, dan berkarakter menuju Indonesia Maju.

Peran dan fungsi strategis tersebut membuat peran Penyuluh Agama menempati posisi yang strategis dalam mengawal amanat kemerdekaan yang sejah jauh hari telah dicitakan oleh para founding father bangsa. Menjawab tantangan di masa depan dengan membersamai kegelisahan  social dan problematika yang muncul di tengah-tengah anak bangsa.

Penyuluh Agama; Pengawal Misi Kemerdekaan

Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 adalah hasil perjuangan para pahlawan yang mengorbankan jiwa dan raga. Setelah semua senarai perjuangan yang telah dilalui, ternyata tantangan untuk mengisi hari-hari pasca kemerdekaan tidak kalah pentingnya. Mengisi kemerdekaan dengan melawan kebodohan, kemiskinan, kemerosotan moral, dan disintegrasi bangsa.

Dalam hal ini Penyuluh Agama termasuk yang berada di garda depan perjuangan, tidak dengan mengangkat senjata, tetapi mengangkat pena, mimbar, dan keteladanan hidup. Dengan berusaha sekuat tenaga dan sepenuh pikiran untuk melanjutkan estafet perjuangan, melalui instrument pembangunan kekuatan akhlak, mempererat persaudaraan, dan menanamkan dan merawat nilai-nilai kebangsaan dalam bingkai ajaran agama.

Mimbar Dakwah Sebagai Media Transformasi Sosial

Dalam menjalankan misi perjuangannya, Penyuluh Agama tidak sekadar menyampaikan ceramah, tetapi lebih dari itu juga menggerakkan perubahan. Mimbar dakwah menjadi ruang strategis bagi Penyuluh Agama untuk melakukan eksplorasi dalam menanamkan nilai-nilai positif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Diantara hal konkrit yang dilakukan oleh Penyuluh Agama, mencakup poin-poin berikut:

  • Menanamkan nilai-nilai Pancasila dan ajaran agama secara harmonis, sehingga nilai-nilai agama menjadi penguat spirit kebangsaan dan berimplikasi positif, tidak malah menjadi factor pemecah keutuhan umat dan menjadi jurang pemisah diantara anak-anak bangsa,
  • Menyebarkan moderasi beragama yang mendorong toleransi dan saling menghargai di tengah keberagaman agama dan keyakinan yang diakui secara sah oleh Undang-Undang Negara dan tidak melanggar UUD 1945,
  • Mendorong kemandirian umat melalui literasi keuangan, ekonomi syariah, dan pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan berbasis ekonomi,
  • Membentuk kesadaran sejarah bahwa kemerdekaan adalah amanah yang harus diisi dengan kerja keras, bukan sekadar diwarisi dengan perayaan tanpa pemaknaan dan pemahaman yang tepat.

Penyuluh Agama dan Visi Indonesia Maju

Indonesia Maju menuntut sumber daya manusia yang unggul, sehat, cerdas dan berintegritas. Dengan peran sebagai pembentuk karakter anak bangsa, Penyuluh Agama siap sedia untuk memainkan perannya demi komitmen kemajuan Indonesia di masa mendatang. Tahapan untuk menjalankan misi besar tersebut diantaranya adalah dengan:

  • Membangun kesadaran moral generasi muda, agar terhindar dari bahaya narkoba, radikalisme, dan dekadensi moral,
  • Memperkuat etos kerja umat melalui ajaran agama yang mendorong kerja keras, kejujuran, dan tanggung jawab,
  • Menguatkan ukhuwah untuk memperkokoh persatuan, sebab bangsa yang bersatu lebih kuat menghadapi tantangan global.

Meski terlihat sederhana secara gagasan, akan tetapi dalam praktiknya tidak semudah itu, realita di lapangan seringkali menghadirkan pemandangan yang mungkin sebelumnya, bahkan tidak pernah terlintas di benak para Penyuluh Agama. Kondisi sosio-kultural masyarakat menyajikan problematika yang teramat kompleks.

Tantangan dan Harapan

Di era digitalaisasi di segala sector seperti sekarang ini, Penyuluh Agama menghadapi medan dakwah yang lebih luas dengan tantangan yang tentunya lebih beragam. Tumpang tindih informasi, maraknya hoaks dan potensi disintegrasi bangsa melalui media social, merupakan sedikit cuplikan dari tantangan yang telah menunggu di depan mata para Pneyuluh Agama.

Menyikapi fenomena tersebut, maka Penyuluh Agama mutlak dan tidak bias ditawar lagi, harus memiliki kompetensi berikut:

  • Menguasai teknologi dakwah digital.
  • Meningkatkan literasi media dan kemampuan komunikasi publik.
  • Memperkuat jejaring lintas sektor, dari pemerintah, ormas, hingga komunitas akar rumput.

Dengan langkah-langkah upaya tersebut, berharap nantinya Penyuluh Agama tidak hanya menjadi “penyampai pesan”, tetapi juga penggerak perubahan sosial yang aktif di lapangan, dari lingkup regional daerah dan desa-desa kecil di seluruh pelosok negeri, sampai di tingkat nasional. Terus menginspirasi menyalakan api perjuangan dan semangat kemerdekaan, untuk menjaga nilai-nilai moral sebagai bangsa yang beradab, aktif menuntun anak-anak bangsa menyusuri lorong gelap peradaban menuju cita mulia sebagai bangsa yang merdeka.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *